Thursday, May 6, 2010

Disini saya termangu tidak tahu mau menulis apa karena lalu-lintas imajinasi dan emosi saya bertemu macet di pusaran otak saya. Saya terus memandang monitor, mengisi twitter dengan kalimat-kalimat kosong, karena saya benar-benar tidak tahu yang mana dulu yang harus saya tulis dan saya jabarkan. Lalu tulisan-tulisan saya mulai tidak beraturan, menari-nari di tengah jalan dan membuat kerusuhan. Saya dapat mendengar bunyi klakson, knalpot kotor, dan suara teriakan. Di dalam imajinasi saya panas terik membakar dan tidak ada satupun tukang minuman di kemacetan untuk menahan dahaga ide saya yang haus ingin keluar.

Ke telinga saya, satu lagi sebuah kreasi masuk menulusuri syaraf-syaraf saya dan sampat ke kemacetan tadi. Dentingan piano dan suara dari Stefani Germanotta. Lady Gaga, nama kerennya, berdengung dan meraung mendendangkan lagu berjudul "Speechless". Tidak dapat berbicara, hilang kata-kata. Ah, mungkin ini dia. Seluruh isi lagunya adalah bauran dari kekecewaan, kesedihan, dan tidak percaya. Ancaman "speechless" diucapkan berkali-kali. Pertanyaan "menagapa kau begitu kehilangan kata?" ditanyakan berkali-kali. Lady Gaga menuliskan ini untuk Sang Ayah. "Ayah saya menyerah dengan penyakitnya. Ia tidak mau di operasi. Saya tidak tahu seandainya saya kehilangan dia ketika saya tidak ada disebelahnya." Katanya menurut sebuah wawancara. Perasaan macam apa itu, saya tidak berani membayangkannya. Mendekuk perih di dalam hati sehingga banyak sekali imajinasi dan kata-kata yang ingin dijabarkan lebih dari lagu ini. Sayangnya saya terpaksa merasakannya, sampai tangan saya bahkan tak dapat menampungnya. Arus lalu-lintas jadi semakin hiruk-pikuk, ditambah dengan musik rock ala Queen dari Lady Gaga ini.

Lalu apa hubungan saya dengan lagu ini? Tidak ada. Tidak ada menurut saya. Saya kecamkan dalam hati dan otak saya benar-benar tidak ada. Tetapi entah mengapa telinga saya harus terus mendengarkannya. Dan imajinasi narasi saya membludak-bludak, menggedur-gedur otak saya. Emosi saya melakukan hal yang sama pada dinding otot hati saya. Ah, bingung saya jadinya. Saya jadi ikut kehilangan kata-kata. Saya juga kecewa. Saya juga tidak percaya. Tapi entah bagaimana harus saya mengatakannya. Karena pun saya menulis ledakan narasi saya yang keluar tumpah seperti abu vulkanik dari Islandia, sekeras apa saya bernyanyi lagunya Lady Gaga, sepertinya tidak akan sampai kepada orang yang ingin saya tujukan. Saya tidak tahu harus menyampaikan kekesalan saya ke hatinya. Hatinya ditutupi oleh baja abu-abu dari cairan otaknya yang peluru bunker pun tak bisa tembus. Jika peluru saja tidak, bagaimana dengan huruf? Kata? Kalimat? Ah, tidak dapat bicara lagi saya jadinya.

Biar saja saya tidak kenal lagi dengan paragraf dan kerangka. Mungkin lebih baik saya buang saja. Biar jadi lagu saja wacana ini. Seperti syair lagu Lady Gaga ini. Mengiri saya yang duduk termenung di depan monitor, kamar kusam, dan lampu remang-remang. Tanpa kata-kata. Tanpa suara.

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright 2010 Sejuta Huruf Jatuh Habis Tersapu.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.