Tuesday, May 11, 2010

Katanya manusia itu diberi tanda sama Tuhan kalau dia bakal mati 40 hari mendatang.
Yang masa iya. Aku memang setengah mati bergetar malam tanggal 3, merasa aku akan mati paginya. Terus, kalau aku hitung-hitung dan percaya akan pepatah tadi, jadwalku mati ya tanggal 13 atau 14 bulan depannya.
Tapi sungguh, aku sama sekali tidak merasa akan mati dalam keadaan fisik dan akhirnya nyawaku kembali ke pangkuanNya. Tidak. Aku akan mati dengan cara yang lain yang aku belum begitu yakin apa itu caranya. Tapi aku punya teori mengenai caraku mati.

Satu, Aku, yang sama saja berengseknya dengan setan akan mati. Ini teori dengan ending yang bagus. Mengapa begitu? Karena semua sisi-sisi burukku akan menghilang dan aku akan berubah menjadi sebuah persona yang baru, persona yang bisa diharapkan. Tapi sebagai imbasnya, mungkin aku akan semakin sulit bertemu dengan orang-orang yang telah lama aku sayangi karena aku akan mengejar mimpi dan potensiku sejauh mungkin.

Dua, aku yang baiklah yang mati. Berubah menjadi aku “yang itu”. Yang kadang sudah sering muncul kalau kesadaran dan logikaku sedang koma. Aku yang mengerikan dan bisa mencelakai diriku sendiri apalagi orang lain. Dengan begitu aku mungkin akan lebih cepat pulang ke orang-orang yang telah lama kusayangi tapi sebagai imbasnya ya itu. Horor.
Ada satu lagi, kalau nomor satu adalah teori putih dan nomor duanya adalah teori hitam, aku merumuskan yang satu lagi ini adalah teori abu-abu. Aku akan hilang ingatanku, dimana kedua sisiku yang baik dan buruk tadi sama-sama mati. Aku akan benar-benar menjadi seseorang baru dan juga bisa pulang ke orang-orang yang kusayangi tadi. Tapi, aku tidak akan ingat sama sekali, sepatah memori pun tentang mereka ataupun diriku sendiri. Jujur saja, kematian yang inilah yang paling aku takutkan. Seumpamanya aku mati dengan teori hitam, mungkin bisa saja aku sembuh. Karena aku sempat melihat temanku mati dengan cara itu dan akhirnya dapat hidup kembali dengan cara normal walau sedikit butuh perjuangan dari semua orang yang sayang padanya.
Tapi kalau teori abu-abu ini abu-abu betul.

Coba kubayangkan seumpamanya aku benar-benar mati dengan cara itu. Aku pasti akan kehilangan mimpi, hidup yang sebenarnya, bahkan orang-orang yang kucintai. Mungkin saja aku bisa menjadi orang yang lebih baik, seperti yang diinginkan ibu dan yang lainnya, Tapi, kenal dan sayang pada mereka saja tidak. Mungkin aku bisa saja melupakan tanggung jawabku, tapi aku juga melupakan tujuanku dan tidak akan bisa lagi mengejarnya. Sangat menakutkan, lebih menakutkan dari sekedar mati fisik.

Aku semakin bimbang, jika benar aku akan mati dengan diantara tiga cara tadi, apakah benar aku siap? Tapi terus, alam bawah sadarku, perasaan, bahkan tubuhku terus berkata padaku, “Matilah engkau sebentar lagi”. Tentu saja aku belum ingin mati fisik dan menghadap kepadaNya. Aku justru memohon diberi panjang umurku untuk bisa belajar lebih bertakwa lagi kepadaNya dan bisa mengejar mimpi-mimpiku tadi. Tapi kalau aku mati…?

Maka itu aku terus-terusan berdoa kalau aku akan mati dengan cara pertama. Terus-terus berdoa kepadaNya, demi diriku dan orang-orang yang kusayangi. Pasti mereka akan senang padaku kalau aku bisa mati dengan cara pertama. Dan mohon dihindari dari cara kedua dan ketiga. Apalagi ketiga, sulit batinku membayangkannya.

Kuharap saja aku tidak akan sepenuhnya mati, tapi cukup berubah saja menjadi yang aku dan orang lain harapkan.

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright 2010 Sejuta Huruf Jatuh Habis Tersapu.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.