Wednesday, November 17, 2010

Ketika kecil, kita selalu dibacakan dongen yang berakhir dengan kalimat "Pangeran dan Putri hidup bahagia selamanya". Dari kecil, pikiran kita direkamkan konsep bahwa cinta murni itu pasti ada dan suatu saat seorang pangeran akan menemuka putri mereka, menjemputnya, dan jatuh cinta. Tapi apa benar? Ketika kita beranjak dewasa perlahan-lahan logika dan realita mengoposisi dongeng tadi. Kita tersadar bahwa dongeng masa kecil kita itu hanyalah tipuan belaka dan tidak pernah ada.

Buktinya, pria menolak wanita yang tidak secantik putri begitu pula wanita menolak yang tidak segagah pangeran. Sementara tidak ada orang yang secantik putri atau segagah pangeran. Sangat materialis. Pria ingin menikahi wanita dengan syarat tertentu, wanita ingin menikahi syarat tertentu. Sesilia naksir Damien dari kelas sebelah karena Damien gayanya oke. Tidak pernah ada cerita Sesilia naksir Damien karena Damien menemani Sesilia ketika susah maupun senang. Kalau adapun ujung-ujungnya berakhir dengan Damien menolak Sesilia karena Damien naksir Nabila yang lebih cantik dari Sesilia.

Ironis. Cinta itu materialis. Kalau orang bilang "cinta itu harus gombal" maka benarlah ia. Cinta itu gombal. Hanya berisi pujian yang manis di lidah dan akan jadi feses di dalam. Dan secara harfiah gombal berarti bullshit, bukan pick up line. Dan rata-rata, pick up line itu bullshit karena hanya bersifat sementara.

Jadi mengapa masih muncul banyak dongeng yang berakhir dengan Pangeran dan Putri saling jatuh cinta dan bahagia?

Mungkin karena itu harapan manusia yang capek dengan dunia yang sangat materialis. Harapan kalau mereka akan menemukan cinta yang tidak bersyarat, tidak pula perlu diisyaratkan. Mereka muluk tapi positif bahwa cinta semacam ini ada.

Atau itu adalah sebuah sindiran. Sebuah ironi yang dirangkai penulis sebagai pukulan keras kepada realita dengan pertanyaan "kapan kita bisa jadi begini?". Seperti sindirian jurnalis ke politikus. Seperti jeritan rakyat kepada parlemen.

Seperti Jane Austen, imajinasinya pandai merangkai kisah cinta. Elinor dan Marianne akhirnya menemukan cinta mereka masing-masing. Tapi buktinya sampai akhir hayatnya Jane tidak pernah berbahagia dengan seorang kekasih, atau suami. Sama halnya dengan penulis serial cantik yang pada nyatanya adalah seorang wanita lusuh berkacamata dan terkukung di kamarnya karena harus mengejar deadline, tipe cewek yang enggan dinikahi cowok.

Jadi saya ingin bertanya benarkah adanya "putri dan pangeran" di dunia nyata? Atau ksatria dengan gadis yang dilindunginya. Sekarang semua dongeng yang saya baca semakin jauh dari realita dan kadang kita lupa apa yang sebenarnya terjadi dan lupa dengan cara memberikan cinta tulus seperti yang ada di dongeng tersebut.

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright 2010 Sejuta Huruf Jatuh Habis Tersapu.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.