Sunday, November 21, 2010

Seperti ada peraturan tak tertulis kalau seorang wanita itu adalah untuk dicintai, bukan mencintai. Maka dari itu wanita selalu saja menunggu dan menunggu untuk dicintai.

Bagaimana dengan saya yang selalu mencintai orang tapi tidak pernah dicintai?

Kadang saya berdesir betapa beruntungnya pria yang bisa mencintai wanita dan memilih-milih mereka sesuai dengan seleranya lalu memberikan mereka cinta. Mereka cukup menaruh mata pada seorang wanita lalu memutuskan untuk mencintai mereka.

Saya iri pada pria dan kadang saya berharap saya adalah seorang pria juga. Pria baik-baik yang bisa mencintai seorang wanita.

Disekeliling saya banyak orang yang saya cintai, orang-orang yang begitu baik dan pantas dicintai. Dan saya berharap saya bisa jadi ksatrianya dan berdiri disebelahnya ketika ia butuh.

Saya merasa tidak pernah dicintai, saya selalu mencintai, dan ingin mencintai. Maka itu saya ingin mencintai sesorang tanpa pamrih. Tapi karena saya wanita, kadang cinta saya pada mereka itu terasa kasat mata.

Kadang saya ingin jadi lelaki saja, mencintai satu dari wanita yang saya cintai itu lalu berada disebelahnya, seterusnya.

Atau mungkin lebih baik jadi anjing yang pasti akan selalu mencintai tuannya seperti apapun rupanya.

Wednesday, November 17, 2010

Ketika kecil, kita selalu dibacakan dongen yang berakhir dengan kalimat "Pangeran dan Putri hidup bahagia selamanya". Dari kecil, pikiran kita direkamkan konsep bahwa cinta murni itu pasti ada dan suatu saat seorang pangeran akan menemuka putri mereka, menjemputnya, dan jatuh cinta. Tapi apa benar? Ketika kita beranjak dewasa perlahan-lahan logika dan realita mengoposisi dongeng tadi. Kita tersadar bahwa dongeng masa kecil kita itu hanyalah tipuan belaka dan tidak pernah ada.

Buktinya, pria menolak wanita yang tidak secantik putri begitu pula wanita menolak yang tidak segagah pangeran. Sementara tidak ada orang yang secantik putri atau segagah pangeran. Sangat materialis. Pria ingin menikahi wanita dengan syarat tertentu, wanita ingin menikahi syarat tertentu. Sesilia naksir Damien dari kelas sebelah karena Damien gayanya oke. Tidak pernah ada cerita Sesilia naksir Damien karena Damien menemani Sesilia ketika susah maupun senang. Kalau adapun ujung-ujungnya berakhir dengan Damien menolak Sesilia karena Damien naksir Nabila yang lebih cantik dari Sesilia.

Ironis. Cinta itu materialis. Kalau orang bilang "cinta itu harus gombal" maka benarlah ia. Cinta itu gombal. Hanya berisi pujian yang manis di lidah dan akan jadi feses di dalam. Dan secara harfiah gombal berarti bullshit, bukan pick up line. Dan rata-rata, pick up line itu bullshit karena hanya bersifat sementara.

Jadi mengapa masih muncul banyak dongeng yang berakhir dengan Pangeran dan Putri saling jatuh cinta dan bahagia?

Mungkin karena itu harapan manusia yang capek dengan dunia yang sangat materialis. Harapan kalau mereka akan menemukan cinta yang tidak bersyarat, tidak pula perlu diisyaratkan. Mereka muluk tapi positif bahwa cinta semacam ini ada.

Atau itu adalah sebuah sindiran. Sebuah ironi yang dirangkai penulis sebagai pukulan keras kepada realita dengan pertanyaan "kapan kita bisa jadi begini?". Seperti sindirian jurnalis ke politikus. Seperti jeritan rakyat kepada parlemen.

Seperti Jane Austen, imajinasinya pandai merangkai kisah cinta. Elinor dan Marianne akhirnya menemukan cinta mereka masing-masing. Tapi buktinya sampai akhir hayatnya Jane tidak pernah berbahagia dengan seorang kekasih, atau suami. Sama halnya dengan penulis serial cantik yang pada nyatanya adalah seorang wanita lusuh berkacamata dan terkukung di kamarnya karena harus mengejar deadline, tipe cewek yang enggan dinikahi cowok.

Jadi saya ingin bertanya benarkah adanya "putri dan pangeran" di dunia nyata? Atau ksatria dengan gadis yang dilindunginya. Sekarang semua dongeng yang saya baca semakin jauh dari realita dan kadang kita lupa apa yang sebenarnya terjadi dan lupa dengan cara memberikan cinta tulus seperti yang ada di dongeng tersebut.

Monday, November 1, 2010

Blog ini kayanya butuh sampah. Saya sedikit mau protes sama society akhir-akhir ini.

Jadi ada anak baru masuk SMA, namanya Justin Bieber. Suaranya belum pecah, mukanya masih kaya umur 12. Ya ngga papa sih, awet muda. Ditemukan penyanyi RnB tersohor Usher lewat Youtube karena suaranya bagus. Dikasi kontrak buat recording dan dirilis sebagai seorang penyanyi muda.

Suaranya emang bagus kok, tapi mungkin sedikit disturbing sama orang-orang karena suaranya ngga pecah. Sebenernya, ini karena dia kebiasaan nyanyi dari kecil, jadi seolah stuck disitu. Soalnya saya juga punya temen cowok yang sampe usia-usia SMA suaranya masih ngga pecah karena kebiasaan nyanyi dari kecil.

Lagunya sih ya... Cheesy lah ya... Kaya lagu ABG baru pacaran. Standar target audience dan demographic lah. Ya sudah, sampai situlah.

Tapi justru reaksi dari kemunculan Bieber itulah.

Saya ngga ngerti tapi fansnya Bieber yang kebanyakan cewek usia remaja kayanya ngga mau diam soal Bieber. Di twitter, dimana-mana. Saya pikir Twilight fangirls aja udah ngeri, ternyata yang Bieber lebih ngeri lagi. Mereka begitu setia, begitu determin, begitu... Dan fansnya ada diseluruh dunia, ngikutin apa yang lagi Bieber lakukan dan setiap ada sesuatu yang berhubungan sama Bieber mereka publikasikan.

Sebagai pengguna twitter, saya terganggu sekali karena kadang ada trending topic ngga penting seperti #akucintabieber, apa bieber, bieber ini, bieber itu, bahkan sampai #hornyforbieber yang mana ngeri karena Justin Bieber belum legal di beberapa negara dan kemungkinan yang ngetweet hal tersebut juga adalah anak-anak dibawah umur juga. Entahlah ya, para fans ini terlalu bangga mereka adalah fansnya Justin Bieber, itu ngeri banget.

Saya sendiri mikir. Idupnya Justin Bieber gimana? Kayanya dia anak biasa aja sebelum ditemuin Usher, tinggal bareng Ibu tunggalnya di Kanada. Sekarang dia harus deal sama cewek-cewek ngeri itu dari mulai bangun sampai tidur lagi. Bahkan dia sampai harus pergi sama Bodyguard kemana-mana. Walaupun banyakan cewek, berarti fansnya seserem itu kan? (terus kebayang kasusnya John Lennon, oke itu lebay, tapi kepikiran aja).

Tapi satu saat ada berita kalau Bieber malah menggunakan si cewek-cewek itu buat ngegangguin orang yang ngga dia suka. Bieber ngasih sebuah nomor telpon di twitternya dan minta fansnya menghubungi nomor tersebut. Alhasil, si orang yang punya nomor telponnya ngehang--rusak karena jibunan telpon dan sms masuk tadi.

Sebagai fangirl (untuk hal lain) sendiri saya merasa itu bukanlah cara terhormat buat memperlakukan fans.

Kembali lagi, memang tidak ada fans yang tidak ekstrim. Tapi kalau dilihat, banyak fans yang bisa melimit diri mereka supaya tidak ekstrim dan mengganggu publik.

Bikin komunitas misalnya, tapi jangan di serba bebas seperti twitter. LiveJournal akan jauh lebih aman. Banyak fans anime yang saya tau memilih ketentraman dengan LiveJournal community. Pun ada twitter, bukan untuk deklarasi ngga penting, tapi untuk info update apa di komunitas tersebut.

Apa perlukah setiap saat dan setiap waktu ngasih mention ke Justin Bieber? Deklarasikan cinta kalian sama Justin Bieber? Apa-apa soal Justin Bieber kalian taro dan kalian sebar? Mungkin para fans pengguna twitter lupa sama follower lain dan lupa kalau server accountnya Justin Bieber sendiri bisa berat dan lag gara-gara kelakuan mereka.

Kalau emang suka ama Justin Bieber, give him some space. Nah, yang ini nih yang fans suka lupa. Mereka lupa kalau artis/selebriti juga manusia. Kecuali memang bener Bieber feeds from his fangirls, ya saya yakin Bieber butuh lah sedikit privasi dan ketidak-lebay-an. Sebagai contoh belum lama ini, saya menemukan fans K-Pop bereaksi sangat bodoh yang menurut saya ini keterlaluan. Gara-gara Jonghyun, personil SHINee jadian sama seorang cewek... Mereka deklarasi benci, ngga suka, patah hati, marah-marah sampai pake ngancem mo ninggalin fanbase SHINee. YA TINGGALIN AJA SANA, EMANG GUE PEDULI. Saya yakin fans yang berpikir rasional berteriak demikian. Untungnya K-Pop memang memiliki fans yang lebih rasional dan tau yang mereka sukai itu masih bahan entertaiment, bukan hidup. Dan mereka meredam dan mengingatkan fans yang kelewat reaktif tersebut.

Saya punya tiga contoh kasus dari account twitter yang saya follow, fans Bieber, fans K-Pop rasional, fans K-Pop irasional.

Fan Bieber sebagaimana yang kalian duga akan ngetweet "Hari ini Bieber make my day", "Oh, Bieber lagumu enak". Kadang sambil memuji sambil mention Justin Bieber. Malah pake affectionate call kaya "Bieber adeku". Mungkin dia ngga nge-spam, tapi isi tweetnya untuk Bieber adalah kalimat penuh harap + mention.

Fan K-Pop irasional semua isi tweetnya adalah spam, tiap detik bercerita tentang apapun yang dia dengar dan lihat, puja-puji kepada artis K-Pop favoritnya. Timeline Anda penuh dengan tweetnya yang isinya hampir semuanya K-Pop.
Sampai akhrinya dia sendiri sadar ia terlalu banyak ngespam dan membuat account baru untuk hal tersebut yang mungkin hanya di follow teman-teman sesama K-Pop fan.

Fan K-Pop rasional, isi tweetnya adalah berita tentang K-Pop. Sirkulasi komunitas dan apa yang terjadi. Film Korea episod apa, video klip yang mana. Dan saran kepada fan K-Pop tipe irasional untuk jangan memperumit idola K-Pop mereka.

Darisini Anda nilai sendiri yang mana yang menurut Anda harus dicontoh.

Kadang yah, kita harus bisa membedakan entertainment dengan hidup sosial yang sesungguhnya. Terutama remaja, dimana emosi mereka masih sangat bergejolak, begitu pula jalan pikiran mereka, ini masih hal yang sangat bias. Kalau tidak kita jaga, ya jadilah public nuisance seperti kasusnya Bieber ini.

Tadinya saya pikir Bieber itu cuma cowok bersuara cewe yang digemari cewek-cewek puber, korban empuk buat diejek. Tapi lama-lama saya jadi sebel beneran. Habisnya dari pihak Bieber dan si fangirls sendiri ngga mau diam dan mengganggu ketenangan publik.
TANGANMU DICAP TANDA +!
Di jidat mu dicap tanda +
Di telapak kakimu dicap tanda +
Di dada mu ada tanda +
Seluruh tubuhmu dicap tanda +


Kau tidak berbangga seperti anak SD yang dapat A+ Kau tidak bisa berlari, berteriak pada dunia "Saya orang +" 


Kamu malah menerima cacian, makian, dan semakin banyak tanda +
Di mata dan di telinga.


Mereka malah berteriak, "KAMU GAY!"
Mereka malah berteriak, "KAMU SEMBARANGAN!"
Mereka malah berteriak, "KAMU PECANDU!"
Ibumu menangis, Ayahmu marah.
Seorang menteri negri ini malah bilang "Anumu Itu Dipakai Sembarangan"


"Saya tidak ingin jadi +" teriakmu.
"Mana saya tahu!" teriakmu lagi.
"Saya minta bantuan" semakin kau keluarkan suaramu.
Kamu tidak ingin jadi malu, kamu tidak ingin jadi semu.


Tapi mereka menolak mendengarkanmu. Karena tubuhmu banyak tanda +
Mereka jijik sama tanda +
Mereka buta dengan fakta tanda +
Mereka lupa kalau tanda + menyerang siapa saja, tanpa memilih korbannya
Mereka lupa, kalau orang-orang yang ditandai oleh + masih manusia juga


Tersenyumlah, wahai kawan + ku
Tangismu memang duka, tangismu itu pilu
Tapi + mu itu pertanda bahwa kau harus + kan lagi hidupmu
Karena ketika orang lain lupa, kami ingat


Bangkitlah, kawan + ku
Tunjukkan kalau kau berani hidup dengan + mu
Dan untuk itu teruslah berkobar dan berseru, "Saya bisa hidup dengan + ku"

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Bukan mitos lagi kalau setiap menit seorang anak dibelahan dunia ini di diagnosa HIV+. Sebagian besar mereka dapat dari Ibunya, sebagian korban kena dari suaminya yang mungkin jajan, sebagian gara-gara salah prosedur donor darah. Masih banyak lagi kasus tak berdosa, karena HIV/AIDS tidak pernah memilih korbannya.

Mungkin 1 Desember masih sebulan lagi, tapi pesan ini tidak berlaku hanya ketika 1 Desember saja. Saya hadir disini, sekalian menyebarkan misi yang sedang saya perjuangkan bersama teman-teman saya di grup "Le Myuz". Maret nanti, Insya Allah, kami akan membuat sebuah event, berkolaborasi dengan Action for AIDS, menyebarkan pesan "Anti-Diskriminasi" kepada masyarakat muda. Mungkin event kami ini hanya terbatas di Singapura, tapi saya yakin, pesan kami ini tidak terbatas dibelahan dunia manapun.

Bicara topik lokal, belum lama ini saya mendengar para petinggi negri Indonesia melakukan kesalahan yang menurut saya sangat fatal. Seorang menteri mengabaikan pentingnya Sex Education, seorang menteri lagi memprejudis ODHA di sebuah jejaring sosial. Kami butuh sex education, kami tidak butuh prejudis. ODHA butuh dukungan dari pemimpin negrinya. Penderita bukan penderita sama tanggung jawabnya memerangi wabah ini.

Maka itu, saya hanya ingin merefresh orang-orang saja sebelum sebulan ke depan, tepat tanggal 1 Desember. Perang ini belum berakhir. Pesan ini tidak akan habis. Hapus diskriminasi dan ulurkan tangan. Lakukan aksi preventif. Banyak cara kalau kita mau. Selama kita berpikiran positif maka kita bisa meminimalisir korban dengan HIV+
 

Copyright 2010 Sejuta Huruf Jatuh Habis Tersapu.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.