Saturday, August 7, 2010

Buat @writingsession malam ini. Temanya: "Intrepertasi Lagu"
http://writingsessionclub.blogspot.com/

"Here, There, and Everywhere" milik The Beatles.
Mungkin standar. Tapi saya lagi mood sentimental dan penuh memoria.
Barbie™ © Mattel
Selamat dinikmati (:


Ah. Ketika itu. Ketika itu aku menyisir rambutmu. Rambutmu keras. Sisir kecil pink itu menyangkut disela-sela tebal rambut pirangmu. Tapi entah kenapa aku bahagia kalau aku menyisir rambutmu. Rambutmu panjang. Aku ingin rambut panjang tapi kata Ibu rambut panjang itu repot. Rambutku harus selalu pendek. Ah, seandainya saja rambutku panjang. Atau mungkin rambutmu saja kali yang kubuat pendek.

Aku selalu memperhatikan tukang salon itu ketika aku dibawa Ibu. Gayanya hebat sekali. Cekras-cekris sana sini. Lalu jadilah rambut yang rapi. Mungkin aku bisa melakukan itu juga. Tentu saja aku bisa. Ketika itu, aku bisa segalanya termasuk potong rambut.

Lalu aku memotong rambut pirangmu yang tebal itu. Jadi pendek dan tidak rata. Mungkin saat itu Ibu marah padaku, aku tidak mengerti kenapa. Tapi katanya, "Astaga! Aku membelikanmu itu bukannya tidak pakai uang! Kenapa rambutnya kau potong?"

Tapi kamu tetap tersenyum. Kau suka rambut barumu kan?

Aku juga ingat ketika itu. Ketika itu kita sedang bermain bersama di halaman belakang rumah. Main piknik-pinikan bersama kain bekas adik waktu bayi dulu. Lalu aku melihat bajumu. Bajumu sudah usang dan cobot-copot. Pengaitnya sudah tak rekat lagi. Tapi baju ungumu itu begitu indah dan cocok untukmu. Aku ingin membelikanmu yang baru. Aku selalu minta ibu untuk beli baju baru tapi Ibu tidak pernah mau membelikannya.

Aku melihat kain bekas itu. Lalu rapihkan piknik kita dan kubisikan ke telingamu.

"Barbie, aku akan membuatkanmu baju baru."

Kuambil kotak jahitan dari dapur. Kulilit kain bekas itu ke badanmu. Kujahit. Disini, dimana, dan dimana-mana sampai akhirnya tubuhmu tertutup sepenuhnya. Jahitan itu asal. Yang penting kainnya menempel. Ayah hanya geleng-geleng kepala melihatku melakukannya padamu. Tapi akhirnya jadilah sebuah baju. Kau punya rambut baru dan baju baru dan aku semakin sayang padamu.

Aku pikir ketika itu aku adalah gadis paling bahagia di dunia. Aku rasa kamu temanku yang paling setia. Kau selalu ada di rumah, menungguku sepulang sekolah.

Mungkin teman-temanku yang lain memililki kamu dalam jumlah yang lebih banyak. Tapi hubungan mereka dengan barbie-barbie itu tidak seperti hubunganmu denganku. Kita sahabat selamanya.

Menyesal sekali tapi apa dayaku, Barbie. Seandainya ketika itu aku tidak telat pulang sekolah karena jemputanku mogok. Ketika seandainya aku bisa menyelamatkanmu, yang masih mengenakan baju buatanku dari gelapnya kresek sampah. Ketika seandainya aku bisa meyakinkan Ibu, kalau kau dan aku bahagia walu mungkin kau tidak secantik ketika ku beli di dalam box. Aku benar-benar kehilanganmu. Aku tidak peduli kamu jelek, tua, dan tidak secantik barbie-barbie temanku. Aku sayang padamu, kau sayang padaku, dan kita berdua sama-sama tahu hal itu.

---

"Kayanya gue bakal beli Barbie deh..." ujarku ketika aku memasuki bagaian mainan di mal itu. Hari ini memang kusiapkan untuk menambah koleksi mainanku.

"Aku ngga ngerti sama lu, Fin. Kok kayanya lu seneng amat koleksi mainan? Lu udah 20 dan mainan itu... Ya... cuma mainan."

Aku cuma tersenyum dengan komentar Arina tadi. Aku juga tidak mengerti. Mungkin aku terlalu sentimental, mungkin aku bodoh. Tapi aku merasa, hanya dengan mereka berada bersamaku, mereka sedang mendukung setiap kegiatanku. Yang baik dan belajar untuk jadi yang lebih baik lagi.

"Tapi... Barbie berbeda."

Bukan karena ia cantik, bukan karena ia role model, atau mungkin tepatnya versi utopis dari imej seorang gadis seharusnya.

Tapi karena dia pernah jadi sahabatku. Dan aku ingin membangun persahabatan dengannya lagi. Persahabatan yang akan awet dan tidak akan pernah termakan dengan keresek sampah. Dari sini ketika kubeli lagi engkau, sampai disana kita akan bermain lagi seperti dulu. Tak peduli berapa jumlah usiaku. Dimana-mana, kau akau bersamaku dan mendukungku. Kurasa itu yang kubutuhkan.

Lalu kuambil box pink itu. Sama seperti ketika aku diajak Ibu membelimu dulu.

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright 2010 Sejuta Huruf Jatuh Habis Tersapu.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.