Monday, August 16, 2010

Kami selalu punya suara. Tiap waktu. Tiap hari, tiap detik. Suara kami tak pernah habis. Kami tidak pernah serak, tidak pernah sesak. Bunyinya merdu sekalipun teriak. Panas hujan kami akan selalu berbunyi berkumandang. Selalu ada yang bisa kami suarakan.

Suara terus. Kapan geraknya?

Kami bergerak kok. Kami bergerak gemulai penuh amarah. Untuk memperjuangkan suara kami, ada satu cara yang yang tidak akan penah bosan kami eksekusi. Cara yang sama sejak tahun 1945. Tapi itu sudah ciri khas kami. Karena kami impulsif. Keras kepala dan tidak dewasa. Cara kami hanya satu. Marah-marah, menutup jalan raya dengan suara-suara kami, lalu mencari sesuatu untuk dibakar. Ada api, ada drama.

Kalau begitu, bagaimana bisa kalian didengar dan dipertimbangkan?

Lah! Tentu bisa dong! Kami akan mengacam mereka untuk duduk manis mendengarkan kami. Kami akan membuat mereka mendengarkan kami sampai tertunduk dan tertidur bosan. Pada akhirnya kami akan memenangkan telinga dan pikiran mereka. Dengan cara kami yang begitu mengikat.

Lalu semua yang kita perjuangkan ini sia-sia pada akhirnya dan terwujud dengan cara yang lagi-lagi terpaksa. Ah, saya capek diombang ambing sejak tahun 1945. Kami tidak pernah merdeka. Kita merdeka karena terpaksa.

1 comments:

Ndaey said...

wah ternyata manzo punya bakat tersembunyi :)
keep on writing^^

Post a Comment

 

Copyright 2010 Sejuta Huruf Jatuh Habis Tersapu.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.