Saturday, October 30, 2010

Tuhan aku jauh dariMu.
Seharusnya aku bahagia, tapi kenapa tidak?
Mungkin karena aku menjauh dariMu.

Saat seperti inilah aku berpikir "kenapa orang menolak untuk mencintaiku".
Padahal kau janjikan aku cintaMu, yang jauh lebih baik dari cinta orang-orang itu.
Bukannya menyebut namaMu, malah ku hina-hina diriku.

Maka itu biarkan aku berdoa malam ini, menyebut namaMu,
dan berilah aku Ridho-Mu, untuk hadapi hidupku.
Hai (:

Mumpung inspirasinya hangat saya sepertinya mau update sedikit.

Happy browsing and keep inspired!
Singapura, 30 Oktober 2010

Pingin bicara...

Saya lagi pusing dan sedikit self-concious, lebih baik yang seperti ini dialihkan ke topik lain. Untuk mengalihkan masalah sendiri memang paling enak bicara masalah orang lain, jadi saya akan membahas sesuatu malam ini. Hal yang sering kali dialami gadis-gadis belia.

Saya kerap kali, lebih dari hitungan jari, mendengar mereka mengeluh; "Lu milih dia ketimbang gue, sahabat lu."

Saya merasa kadang kalimat, atau konsep itu sendiri sudah jadi klise. Coba tanya gadis remaja mana, pasti (kira-kira) dua diantara satu mengalami hal seperti ini. Teman-teman cewek saya pun demikian. Hampir semuanya mengalami si konsep diatas. Saya mengeksplor satu situs tempat dimana orang bisa berbagi rahasia mereka secara misterius, semacam tempat curhat istilahnya. Dan banyak pula gadis-gadis yang mengeluh hal diatas.

Lantas, jika ini adalah hal klise, repetitif, dan sering kali kejadian, mengapa terus-terusan kejadian?

Sebelumnya, saya tahu hal ini bukanlah hal yang bisa diteorikan, tapi saya ingin mencoba. Sekedar, mengungkapkan pikiran saya untuk memberitahu pikiran Anda.

Maka, teori saya adalah:

Mungkin si gadis terlalu fokus dengan sahabatnya. Karena sahabatnya adalah orang yang paling dekat dengan dia. Untuk perempuan yang pada dasarnya memiliki simpati dan emosi yang lebih peka, tentu seorang sahabat, baik pria maupun wanita, adalah figur yang selalu dekat dengan hatinya. Terutama jika pria, kemungkinan untuk jatuh cinta pada si pria ini lebih besar. Pria ini pasti akan jadi orang pertama yang akan dia hubungi dan dia consider karena selalu dekat di hati dia, walaupun pria ini bermasalah atau punya kekurangan. Cowok lain jadi keliatan kaya lobak.

Si sahabat cewek juga cenderung jatuh "narsis" dan berpikir; "ngga akan ada yang nyayangin dan ngertiin dia lebih baik dari gue". Karena sebagai sahabat, si pria pun pasti akan memberitahu si sahabat wanita terlebih dahulu jika ada apa-apa, walau si pria melakukan hal ini karena perannya sebagai sahabat, bukan karena punya rasa. Tapi cewek itu kadang terlalu cepat ge-er, atau lebih tepatnya peka dalam hal-hal kedekatan dan bonding. Terlebih lagi jika didukung oleh kerabat-kerabat si cewek.

Dari sisi cowok, mungkin si cowok berpikir; "gue emang sayang ama ni cewek, tapi dari pada ngadu nasib jadian dan gagal, gue lebih baik ngga karena gue ngga mau nyakitin hati dia". Cuma cowo ngga tau harus menangani masalah ini gimana. Alhasil, dia lebih memilih diam dan nyimpen pikiran itu dibenaknya saja.

Atau mungkin kadang, justru si cowok memang ngga ada interest sama si sahabat ceweknya sama sekali. Mungkin karena dia lebih menganggap si cewek seperti adik/kakaknya, mungkin karena si sahabat ceweknya bukan tipenya (saya tahu ini superfisial, tapi, hey, kita manusia, dan manusia egois dan pilih-pilih), mungkin justru siapa tau dia justru naksir sahabat ceweknya yang lain.

Jadi intinya, cinta bertepuk sebelah tangan saya rasa wajar. Dan manusia kadang terlalu bangga dan terlalu egois untuk mendeklarasikan "saya yang paling baik untuk kamu" atau "lu kurang pantes buat gue" mengetahui bahwa sebenarnya yang paling penting dalam sebuah hubungan itu adalah keikhlasan dan rasa "selfless".

Terutama sebagai remaja, ada masanya mereka harus mengalami konsep klise tersebut. Akan terus ada gadis yang berteriak "kenapa lu pilih cewek itu, ketimbang gue sahabat lu". Pada saat itu mungkin hatinya akan terkoyak, tetapi dari situlah si gadis akan mekar menjadi persona yang sesungguhnya dan dewasa dalam menghadapi suatu hubungan.

Friday, October 22, 2010

Expectations, it kills.
Guilt and pressure, it kills.
Obsession, it kills.
Egotism, it kills.
They kill only one thing; Innocence.

That is why "to be an adult" is a choice. Some may luckily survived, some may consumed.

But some choose to remain innocent. And there is no other choice then to be killed.
 

Copyright 2010 Sejuta Huruf Jatuh Habis Tersapu.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.